Kaos Kaki Untuk Ibu Batu Palano

Suatu malam, selesai makan dan asyik ngopi kami duduk bersama . Ibu Batu Palano, merupakan salah satu orang tua dari senior kami yang telah meninggal dunia. Adik senior kami itu Riko, juga merupakan sahabat baik bagi anggota

Besok pagi, saya dan Fansyuri akan menemani dua pendaki dari Mapala Siginjai, Univeristas Jambi. Mereka akan mendaki .

Saya mendengar cerita ibu tentang banyak hal. Suara dan tawa beliau hangat terdengar. Cuaca dingin kaki Marapi tetap terasa, namun kalah oleh cerita ibu. Di usianya yang senja beliau telah merasakan dingin yang tertahankan. ” Ndak tahan lagi sama ibu. Harus pakai sarung tangan dan kaus kaki,” katanya.

“Saya kira orang saja merasakan dingin, ternyata orang Batu Palano iya juga,” kata saya bercanda dalam bahasa Minang. “Coba lah nanti, kalau sudah tua,” katanya tertawa.

Waktu itu saya berniat, patutlah saya menambah kaos kaki dan sarung tangan untuk ibu. Saya sudah merasakan beliau seperti orang tua sendiri. Makan dan tidur sering di rumah ini. Turun mendaki, saya akan beli dan antar kesini, kata saya dalam hati.

Saya sudah siapkan itu semua. Saya siapkan yang paling tebal dan cocok untuk wanita. Untuk mengantarkannya, saya kalah oleh waktu. Saya lupa, entah apa yang membuat saya tidak bisa. Mengantarkan beliau ke kubur pun saya tidak ada rasanya.

Rasa sesal itu akan terasa selamanya. Kadang melihat sarung tangan dan kaos kaki itu di gudang saya mengiba dan memanjatkan doa. Pengingat akan semua kebaikan ibu. Mungkin akan saya pakai nanti.

Saya berdoa, diiterima semua amal kebajikan. Untuk ibu dan kita semua.

Tulisan ini karena ada memori status di saya

Seribu janji tak akan lagi berarti, sejuta cerita Marapi akan jadi basi. Walau tak bersua untuk terakhir kalinya. Hanya satu doa yang kami sampaikan, semoga ibu diberikan tempat yang baik disisiNYA. Dari kami anak – anakmu (Kaki Marapi 13 Juli 2011)

July 14, 2023

Tags: ,