Kecerdasan Buatan, Tidak Menyebabkan Keahlian
Kecerdasan Buatan, Tidak Menyebabkan Keahlian
Kebenaran informasi dari sumber terpercaya juga mesti di chek ulang
Zaman sekarang, untuk mengetahui tentang sesuatu gampang sekali. Gunakan mesin pencari, ketik di browser anda akan dapatkan banyak informasi, berbagai macam versi. Googling gitu istilah kerennya.
Misal kita mencari informasi tentang Rohingya. Artikel, berita, gambar dan video beredar. Ada yang benar, ada juga tidak benar. Bahkan bumbu yang ada juga macam – macam, nyerempet dan bersinggungan dengan banyak dimensi kehidupan. Bahkan bersinggungan dengan kejombloa dan kejomblowatian. Eh
Kecerdasan buatan, dalam bahasa inggris disebut Intelegensi Artifisial lebih populer mengacu kepada komputer atau robot. Sebuah algoritma yang diterapkan sehingga sebuah sistem seperti memiliki kecerdasan. Namun percayalah kecerdasan otu dibuat pleh manusia yang juga punya banyak kemampuan lain.
Kembali ke topik, untuk memilah Informasi tentu saja harus melihat sumbernya. Dalam dunia nyata, tidak mungkin anda percaya saja, kata teman yang sering berdusta atau informasi dari penjual obat yang berteriak- teriak. Manusia juga jangan terjebak dengan kecerdasan buatan, gunakan juga hati dan rasa. *Lupakan Raisya. Dia telah memilih…. DUMP
Memilah Informasi
Di dunia maya, pililah sumber terpecaya. Kalau dari situs, pilih yang berupa lembaga, perusahaan yang terpercaya. Kalau dari media sosial, lihat siapa orangnya dan terpenting apakah itu benar akun asli. Kebenaran informasi dari sumber terpercaya juga mesti di chek ulang, bisa saja kita salah menerjemahkan, mungkin saja sumber itu tidak mendapatkan data valid, atau mungkin saja, salah dalam menyampaikan. Ingat tidak ada kebenaran yang hakiki pasa manusia. Bisa saja kebenaran itu ada karena kondisi atau motivasi. #kickhoax #antihoax
Keahlian Bukan Kecerdasan Buatan
Nah untuk jadi ahli menurut pakar motivasi, adalah fokus dan mengerjakannya terus menerus. Seorang profesor dari Jepang, meneliti tentang semut mengatakan pada saya, ia telah tertarik terhadap semut dari kecil dan memelajarinya sejak awal mulai pendidikan formil. Sekarang sensei itu diperkirakan umurnya diatas 80 tahun dan sang profesor masih meneliti semut di dan dari seluruh dunia. Mungkin saja, hasil penelitiannya bisa membantah atau merubah keyakinan ahli lain tentang semut selama ini. Minimalnya saya, yang hanya tahu semut itu sekitar 4 bentuk, ternyata berkali – kali lipat jumlah spesiesnya.
Nah sekarang kembali lagi, kecerdasan buatan jangan menjadikan kita tenang. Namun jadikan informasi tersebut mendukung keahlian personal.
Semua orang bisa mengerjakan sesuatu, namun seseorang tidak akan bisa mengerjakan semuanya. Ahli lah pada bidang anda…..