Sumatera Barat Jawara Wisata Halal Tidaklah Mudah!

Hingga April 2017 ini, saya masih mendapatkan komentar dan statement, bahwa menjadi jawara wisata halal tingkat nasional dan internasional tahun 2016 suatu hal yang mudah. Sebagian yang menilai tersebut karena hanya dengan mengikuti vote saja, Sumatera Barat sudah menang. Saya rasa wajar, karena tidak semua orang mengikuti proses demi proses

Berikut pernyataan yang saya temui :

  1. Kalau vote saya sudah yakin dari awal kita menang, masyarakat minang di dunia kan banyak.
  2. Masyarakat Minang, sudah banyak yang pakai telefon selular, jadi kita gampang menang wisata halal
  3. Kita menang wisata halal karena vote saja kan.
  4. Juara wisata halal itu gampang, yang tidak gampang itu menjadikannya benar – benar bisa menjadi wisata halal tingkat internasional

Pada poin 1 – 3, Saya melihat miss komunikasinya pada menang wisata halal itu hanya berupa vote….Pada poin 4, saya sepakat. Saya sepakat juga ini kerja panjang dan berat untuk seluruh elemen Sumatera Barat.

Untuk seleksi wisata halal perlu dijelaskan beberapa hal. Namun sebagai catatan,  saya tidak mengikuti secara keseluruhan. Kerja lebih berat dilakukan tim Dinas Pariwisata Sumatera Barat dan nominasi lainnya, seperti Tour Operator, Ero Tour dan Rumah Makan, Lamun Ombak serta beberapa hotel lainnya.

Penyusunan berkas sejarah, potensi dan keterkaitan wisata halal dengan daerah Sumatera Barat

Box yang berisi berkas – berkas wisata halal. Termasuk dalamnya kajian dasar mengapa wisata halal cocok di Sumatera Barat

Seleksi wisata halal tidak hanya vote. Setahu saya ada :

  • Proses administrasi yang secara pandangan mata tebalnya lumayan.
  • Video profil nominator wisata halal yang diajukan. Masing2 durasi 5 menit
  • Bukan itu saja, ada proses pengiriman video profil, seleksi administrasi, kelengkapan administrasi. Kerjanya lumayan dalam waktu yang tidak panjang
  • Ada kerja sampingan, seperti penyusunan branding wisata halal yang akhirnya diberi nama Serenity of Minangkabau. Bahan pdf nya disusun seperti buku pelajaran. Ada kajian sejarah, kajian sosial kemasyarakat. Ini saya tidak begitu mengerti, pokoknya bagi saya orang yang bikin kajian ini hebat lah. Waktunya singkat, nulisnya akademis isinya banyak sekali.
  • Ada kerja pendukung, sosialisi sertifikasi halal dan layanan halal
  • Ada proses penilaian oleh Asesor yang datang ke Sumatera Barat melihat langsung kondisinya.

Penyusunan brand pariwisata yang sesuai dengan wisata halal

Percepatan jumlah sertifikasi halal di Sumatera Barat

VOTE SAJA MUDAH?. Bagi saya, untuk vote saja TIDAK mudah. Setidaknya itu yang saya alami. Setahu saya yang waktu itu sebagai koordinator Genpi Sumbar itu tidak sederahana. Mengajak orang dalam waktu singkat Untung puluhan komunitas dan seratusan lebih relawan ikut maksimal.  Baik di berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat, Jakarta dan berbagai negara lainnya, seperti Mesir, Australia, Perancis dan China. Salut saya, secara kerja banyak yang turun ke lapangan, ke tempat keramaian seperti kampus, sekolah, tempat wisata. Waktu kerjanya Pagi, siang, sore dan malam. Salut untuk ribuan masyarakat yang ikut habis – habisan ikut vote pada kompetisi ini. Salut juga untuk pak Gubernur Irwan Prayitno dan Buk Nevi Zuraina, pak Wagub yang rela membranding akun2 beliau dengan sosialisasi wisata halal

Kerja saya dan teman – teman lain juga tidak mudah. Bikin grafis, bikin teks ajakan, bikin kampanye digital dan offline, bikin spanduk, pamflet, stiker, baliho, pasang di titik titik yang bisa dilihat orang. Paling sulit juga cari dananya, uang di saku masing-masing sudah kritis juga. Salut ada juga yang terus badoncek mengumpulkan uangnya.

Pada kompetisi tingkat internasional WHTA2016, seleksi tahap 1, nilai Sumatera Barat dan Indoensia telah tertinggal jauh dibandingkan dengan negara lainnya di dunia.

http://indonesiatouristnews.com/malaysia-menyalip-indonesia-di-kompetisi-world-halal-tourism-tapi-selangkah-lagi-indonesia-bisa-juara-caranya/

Ini menjadi cambuk sendiri bagi relawan yang bekerja untuk menang pada seleksi tahap 2. Memang berbuah, akhirnya 4 kategori berhasil digondol Sumatera Barat sebagai daerah yang baru ikut kompetisi ini.

Secara pribadi bagi saya tidaklah mudah. Hingga kini saya masih menderita sakit low back pant (sakit pinggang bagian belakang) karena kata dokter terlalu lama duduk. Hingga sekarang, masih bolak balik ke rumah sakit atau terapis. Sekarang sudah lebih nyaman kalau duduk, walau kalau nyeri itu datang, maka harus segera ke IGD.

Salah sendiri. Ya! waktu itu saya di depan komputer, 2 laptop, 1 tablet dan beberapa handphone serta puluhan berkas. Nyaris 20 jam setiap harinya sekitar 3 bulan. Selama kompetisi. Hanya beribadah, mandi dan buang air saja saya tidak di depan komputer, kadang tetap bawa handphone ke kamar mandi. Tidur dan makan kadang depan komputer. #oranganeh.

Bagi saya kerja harus fokus dan serius, saya lakukan ini setiap ada pekerjaan yang saya nilai penting. Waktu ditugaskan kantor membangun ulang perusahaan, saya lakukan sampai berbulan – bulan di kantor, tapi tidak pernah harus dibawa ke IGD, paling hanya muntah-muntah dan terpaksa tidur dibawah meja kantor.

Ini agak pribadi. Waktu kompetisi itu, Bapak saya, sakit keras di Kota Jambi. Saya takut kalau saya ke Jambi, akan kendor kerja untuk sosialisasi, lalu Sumatera Barat akan kalah. Namun kalau saya ke bertemu Bapak, saya bisa menyemangati beliau untuk bisa bertahan dengan sakitnya. Saya bingung, walau akhirnya sepakat dengan beliau akan bertemu setelah kompetisi wisata halal WHTA2016.

“Selesaikanlah dulu kerja itu, nanti kalau sudah datanglah ke Jambi, papa ingin ketemu,” kata beliau waktu itu dengan suara yang tidak lagi normal. Beliau dari dulu memang begitu kalau saya ada kegiatan beliau memberikan waktu dan keluasan. Terserah kapan akan pulang.

Walau saya tahu sejak tidak tinggal bersama orang tua, kalau papa atau Ibu yang nelfon itu bentuk kerinduan orang tua. Telefon ibu, adik dan kakak serta saudara lainnya saya terima agar segera ke Jambi bertemu Bapak. Saya bersikukuh untuk selesai WHTA

Sayang, seminggu setelah itu atau beberapa hari jelang kompetisi berakhir Bapak tidak bisa menunggu. Beliau pergi menemui sang pencipta. Telefon ibu dan saudara – saudara membuat saya harus berangkat ke Jambi sore itu juga. Hanya dua hari di Jambi termasuk perjalanan saya kembali ke Kota , untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

Saya berjanji akan kembali datang dengan waktu yang lebih lama untuk bercerita di depan kuburan beliau, bahwa anaknya selalu menjalankan pesannya.

“Jadikan dirimu bermanfaat untuk agama, bangsa dan orang banyak,”. Mudah-mudahan sebelum puasa tahun 2017 ini, saya akan membersihkan kubur dan memperbaiki pusara beliau. Ini menjadi dosa dan rasa bersalah, seumur hidup saya, sebagai anak.

Kembali lagi ini agak pribadi.

Ini catatan penting. Bagi orang lain bisa saja menang wisata halal itu mudah, mungkin orang itu hanya mengetahui sesi vote (sesi akhir) saja. Bagi saya yang mengikuti proses ini sebagian, kompetesi ini tidaklah mudah. Diulangi, Bagi saya Sumatera Barat Jawara Wisata Halal Tidaklah Mudah! 

April 13, 2017

Tags: , ,