Ferizal Ridwan, Buya Penuh Terobosan dan Banyak Dunsanak

Pertamakali kenal, Ferizal Ridwan itu sekitar tahun 2006 ketika saya meliput pertandingan sepakbola di daerah
Situjuah, Kabupaten Limapuluh Kota. Waktu itu tanpa sengaja, saya berkeliling- keliling mengenal daerah tempat saya
bertugas sebagai reporter disitu. Sekaligus melihat kalau ada yang menarik jadi pemberitaan.
Di daerah Situjuah saya lihat ada keramaian pertandingan bola kaki. Sebagai orang baru di Limapuluh Kota, saya takjub melihat pertandingan di lapangan sepakbola yang susunan lapangannya seperti pertandingan di stadion besar. Bangku tempat duduk bertingkat kalau saya tidak lupa, dari kayu. Penontonnya ramai. Parkir nya penuh sekali. Rapi dan tertib.
Usai meliput dan mewancarai ketua pelaksana, lalu saya pamit. Ketua Pelaksana, yang akhirnya jadi wartawan muda itu menawarkan kepada saya untuk mewancarai salah satu anggota DPRD yang ikut menonton dan mendukung kegiatan tersebut. Saya pikir tak apa. Berita itu ketika dikirimkan lalu disetujui redaktur untuk dimuat, besok harinya.
Besoknya ketua pelaksana, datang ke kantor perwakilan tempat saya bekerja. Kami ngobrol cukup lama, saya merasa mendapatkan saudara baru di Limapuluh Kota. Kenalan, dunsanak dan kawan terus bertambah seiring saya bertugas disana. Selama bertugas, saya juga sering bertemu Ferizal Ridwan, tentu saja pejabat dan tokoh lain di Payakumbuh dan
Limapuluh Kota.
Bagi saya selama mengenal Buya Feri, panggilan Ferizal Ridwan merupakan sosok yang selalu terbuka untuk diwancarai. Punya banyak ide dan gagasan. Uniknya langsung melakukan aksi untuk mewujudkan sebuah gagasan yang baik. Kami berkeliling melihat orang-orang yang
dipasung, melihat orang yang menderita karena penyakit tahunan dan terlalu banyak hal yang menarik. Bahkan saking banyaknya tulisan tersebut nyaris selalu hadir satu halaman di terbitan minggu.
Suatu saat, saya ingin meliput korban yang diterkam harimau di daerah Pangkalan. Karena orang baru, saya cari informasi tentang daerah tersebut ke banyak orang. Salah satunya Buya Feri, Ia mengajak saya naik mobil rombongan, karena daerah tersebut jauh dari pusat kota Payakumbuh dan kebetulan ia ada kegiatan di Pangkalan. Di tengah jalan salah satu mobil rombongan bertabrakan dengan Becak Motor (Bentor). Korbannya mengalami lecet-lecet. Saya dan beberapa orang serta satu mobil tinggal di lokasi, untuk bertanggung jawab sebagai bagian dari rombongan.
Anehnya, setelah disebutkan kami rombongan salah satu anggota DPRD Limapuluh Kota, Ferizal Ridwan, keluarga pengemudi Bentor menyatakan akan menelfon kenalannya, juga anggota DPRD Limapuluh Kota, Buya Feri namanya. Kami sebutkan itu orang yang sama, kami akhir maota lamak sambil ngopi.
Tidak berapa lama, Buya Feri yang juga Ferizal Ridwan datang. Suasana
segera cair, rombongan kami diajak makan dan ditambah cemilan durian.
Ferizal Ridwan, tidak lah sosok yang jumawa di tengah masyarakat. Walau terlihat hangat, berapi – api dengan data yang kuat di forum dewan. Di tengah masyarakat, Ferizal Ridwan selalu membaur.
Bersama beberapa wartawan kami juga mengangkat kisah seorang penjual sapu lidi. Buyuang Feri yang buta dan Amai (ibu) yang lumpuh pada bagian kaki. Liputan media terutama wartawan metro tv mengantarkan Buyuang Feri, menjadi sosok di acara Kick Andy. Saya menyaksikan langsung bagaimana Ferizal Ridwan ikut memperjuangkan hal itu. Sibuk mempersiapkan segala kebutuhan keluarga Amai dan Buyuang untuk tampil di Jakarta.
Selanjutnya setelah hampir satu tahun bertugas disana, saya kembali ke Kota Padang. Beberapa kabar baik dan kurang, juga saya dapatkan. Bagi saya ini pula khasnya Ferizal Ridwan, apapun yang terjadi padanya selalu disambut baik. “Biaso se diak, politik,” katanya sambil tertawa, ketika saya bertanya tentang kabar gejolak di tubuh partai politik tempatnya bernaung.
Sekitar beberapa tahun lalu, dalam perjalanan ke Pekanbaru, saya dapat kabar bahwa Ferizal Ridwan berpasangan dengan Irfendi Arbi. Alhamdulillah. Saya senang sekali, karena keduanya sosok yang berpengalaman dan membantu masyarakat. Keduanya bagi saya orang yang baik untuk daerah.
Takdir berkata lain, dalam pemilihan Desember 2020 mendatang Ferizal Ridwan akan berpasangan dengan Nurkholis. Saya beberapa kali bertemu bang Nurkholis, dalam beberapa kegiatan dan informal. Sepanjang saya kenal, Nurkholis, tokoh muda dengan strategi matang dan peduli pada generasi muda. Nurkholis juga ketua tim sukses Pasangan Irfendi Arbi – Ferizal Ridwan pada periode lalu. Periode kini, Pasangan Ferizal Ridwan – Nurkholis akan maju dengan jalur independen.
Walau tulisan ini mengangkat tentang salah satu sosok. Ini merupakan bagian dari pandangan dan pengalaman pribadi. Sekedar untuk sisi pandang lain dan mungkin saja pandangan kita sama.
Banyak orang hebat dan mampuni hadir di daerah ini. Limapuluh Kota dan Payakumbuh, bagi saya kampung halaman tersendiri. Semua orang yang pernah saya temui bagaikan sanak saudara. Tentang pilihan kepala daerah? Daerah ini terkenal dengan penduduk yang menyukai informasi tentang dinamika politik. Setidaknya itu yang saya tangkap dari cerita dan pengalaman. Jangan diajari soal politik, warga Payakumbuh Limapuluh Kota lebih tahu. Fotocopy koran berita politik pun laku waktu itu.
Pada Pilkada dan kelanjutan pembangunan Kabupaten berikutnya, tentu saja masyarakat Kabupaten Limapuluh Kota yang memiliki hak pilih menentukan pilihannya di bilik suara nanti. Masyarakat Luak Limapuluah tahu kebutuhan terhadap pemimpin daerah mereka. Calon Independen Ferizal Ridwan dan Nurkholis salah satu pilihan yang tepat. Saya yakin itu
Tandri Eka Putra
Pernah Tugas Jadi Wartawan di Payakumbuh dan Limapuluh Kota