Ibu Saya Tidak Bisa Ikut Haji, Saat Ini
Saya baru saja mengurus pengambilan dana haji untuk ibu saya, Bapak sudah meninggal. Dulu saya tidak mampu mendaftarkan keduanya. Padahal dari dulu, saya ingin mendaftarkan mereka pergi haji. Sekarang setelah saya daftarkan, setelah beberapa tahun dananya kami tarik kembali.
Kerinduannya ibu saya, terhadap tanah suci terus meningkat. Saya terus berfikir, bagaimana bisa pergi haji. Biaya haji subsidi pemerintah juga naik. Apalagi, kemampuan keuangan kami tidak mampu ikut haji furodah yang ratusan juta.
Kami akhirnya memutuskan ibu saya ikut umrah dulu sekarang. Pertimbangannya lama sekali. Akhirnyaitu putusannya, dana haji ditarik dulu. Mana tahu ada rezeki diberikan Allah SWT, beliau bisa ikut haji nantinya. Itupun masih kurang, kami harus memakai tabungan.
Jelang pengambilan dana itu, banyak diskusi terjadi di keluarga kami. Beberapa diskusi, sudah ada penjelasannya. Beberapa mungkin mengerucut ke beberapa hall yang dirasa belum ada dibahas. Saya coba sampaikan.
Alternatif Berangkat Haji
Terdapat beberapa jalur untuk bisa berangkat Haji. Jalur pertama yaitu jalur dengan fasilitasi pemerintah. Jalur kedua dengan menggunakan fasilitas undangan atau Haji Furodah. Jalur ketiga yaitu dengan cara Mandiri, jalur keempat, mungkin bisa disebut jalur prestasi dan keberuntungan yaitu diundang raja Arab Saudi.
Keempat jalur ini, tidak saling terkait kuotanya. Sedangkan jalur pemerintah ini berdasarkan kuota kerjasama negara dengan negara. Biaya, fasilitas dan metoda berangkat masing- masing- jalur tentu berberda
Kuota Haji Pemerintah
Pemerintah sebuah negara selalu mendapatkan kuota yang ditentukan oleh pemerintah Arab Saudi. Penentuan kuota itu dipahami karena keterbatasan area dan fasilitas di Arab Saudi. Kuota untuk indonesia sendiri, jumlahnya terus meningkat (kecuali saat Pandemi).
Bahkan Indonesia terus melakukan upaya untuk meningkatkan jumlah kuota tersebut. Selain antrian yang Panjang, potensi itu dimungkinksn karena ada beberapa negara sering tidak memenuhi kuota yang didapatkan
Namun solusi itu tidak serta meets memangkas habis antrian haji di Indonesia. Kebijakan secara internal dan eksternal terus dilakukan pemerintah Indonesia. Yaitu skala prioritas terhadap umur. Pelaksanaan di lapangan ini sulit diketahui transparan. Di aplikasi antrian haji ini tidak terlihat. Jika ditanyakan ke kantor urusan haji, penjelasannya itu akan dipajang. Namun jadwal dan transparansi itu tidaklah jelas
Kami mengusulkan juga adanya skala prioritas kedua, yaitu beban yang berbeda bagi jemaah haji yang ingin berangkat. Misal, jika biaya Haji itu tanpa subsidi adalah Rp100 juta. Ada jamaah yang ingin ikut fasilitasi pemerintah, sanggup di atas itu. Ia mungkin dapat fasilitas prioritas juga. Kelebihan Dana nya bisa bantu skala prioritas lansia yang memang sudah jadwalnya berangkat.
Kenapa ini diusulkan?. Pertama. Hal itu telah ditetapkan di Dunia pendidikan Indonesia, sekolah maupun perkuliahan. Hal yang kedua, ini keadilan bagi yang mampu tapi ingin difasilitsdi pemerintah karena dirasa lebih aman dan nyaman. Ketiga ini Ruang bagi yang ingin beramal dan membantu jamaah lainnya yang skala prioritas lansia. Itu secara tidak langsung juya bantu mengurangi subsidi pemerintah. Ini juga sejalan dengan teori, subsidi sebaiknya pada orang bukan pada objeknya.
Pada dasarnya kami mendukung segala upaya untuk memperlancar urusan haji di Indonesia. Semakin transparan dan menerima banyak masukan akan lebih baik. Jika ada solusi2 lain, silakan kita diskusikan.
Semoga tulisan ini bermanfaar. Aamiin